Tangerang, Bitcoin (BTC) sejak awal desember ini kembali menguat sampai di angka $ 43.129 atau setara Rp. 671 juta, sampai berita ini di buat sejak sebelumnya mengalami bearish, hal ini di pengaruhi selain masa pre halving (pengurangan hadiah yang diperoleh penambang, yang berhasil menambahkan blok baru ke blockchain, menjadi setengahnya) di mana kelangkaan aset tetap terjaga dengan baik. Dan selaras dengan hal tersebut pengajuan Exchange-Traded Fund (ETF) spot Bitcoin kepada otoritas keuangan Amerika serikat, dari beberapa perusahaan aset manejemen besar seperti BlackRock di perkirakan akan 90% di setujui pada 10 Januari 2024.
seperti di lansir dari bitcoinist.com jumat 8/12/2023 “ada potensi jendela persetujuan antara 5 dan 10 Januari. Saat ini, tampaknya ada begitu banyak optimisme bahwa SEC (Securities and Exchange Commission)akan menyetujui ETF Spot Bitcoin ini secara bersamaan. Saat bereaksi terhadap amandemen terbaru BlackRock, Seyffart menyebutkan bahwa ini berarti “roda sedang berputar.” kata analis kripto bloomberg James Seyffart.
Kabar ini tentu sangat di tunggu oleh para investor kripto, pasalnya jika benar otoritas keuangan Amerika Serikat melegalkan produk tersebut, harga bitcoin bisa melambung jauh. Karena di mata para invsrtor mata uang digital Bitcoin di anggap, sebagai aset digital untuk masa depan yang trasnparan dan terdesentralisasi.
Merujuk pada cointelegraph.com “VanEck salah satu dari beberapa perusahaan, termasuk BlackRock dan Fidelity, yang bersaing untuk mendapatkan ETF Bitcoin spot yang disetujui, serta ETF Ethereum spot.
“Resesi AS pada akhirnya akan tiba, begitu pula ETF Bitcoin pertama,” katanya sebelum memperkirakan bahwa “lebih dari $2,4 miliar akan mengalir ke ETF ini pada Q1 2024 untuk mendukung harga Bitcoin.” Jumat 8/12/2023
Perusahaan tersebut juga menyatakan bahwa halving BTC, yang dijadwalkan pada bulan April atau Mei, “akan menimbulkan gangguan pasar yang minimal,” namun akan ada kenaikan harga pasca halving.
VanEck memperkirakan bahwa Bitcoin akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Q4 2024, “berpotensi dipicu oleh peristiwa politik dan perubahan peraturan setelah pemilihan presiden AS.” (Gam)