Gubernur Banten Andra Soni Tegaskan Efisiensi APBD 2025 untuk Pendidikan dan Kesehatan Kesbangpol Kota Tangerang Gelar Rakor Antisipasi Potensi Kerawanan Jelang Hari Raya Idul Fitri 1446 H Resmi Diluncurkan, Samsung Galaxy A06 5G Dibandrol Rp 2,3 Juta Hal-hal yang Membatalkan Puasa Lebih Praktis, Cek Harga Pangan Online Lewat Instagram Resmi Pemkot Grand Final Cide Kode Benteng 2025 Rayakan Pelestarian Budaya Cina di Tangerang

Sistem Administrasi Pendidikan

NISN Menjadi NIK Implikasi dan Tantangan

badge-check


					NISN Menjadi NIK Implikasi dan Tantangan Perbesar

Nomor induk siswa nasional nisn menjadi nomor induk kependudukan nik – Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) menjadi Nomor Induk Kependudukan (NIK) merupakan wacana yang menarik perhatian. Perubahan ini berpotensi menyederhanakan administrasi pendidikan dan integrasi data nasional, namun juga menimbulkan sejumlah pertanyaan dan tantangan. Bagaimana perbedaan mendasar antara NISN dan NIK? Apa implikasi teknis dan hukum dari penggantian ini? Serta, bagaimana memastikan keamanan data pribadi siswa dalam proses transisi tersebut?

Artikel ini akan membahas berbagai aspek penting terkait pergantian NISN menjadi NIK secara komprehensif.

Dari perbedaan mendasar kedua sistem, hingga implikasi teknis dan hukumnya, kita akan mengulas secara detail. Tantangan migrasi data, aspek keamanan, dan studi kasus dari negara lain juga akan dibahas untuk memberikan gambaran yang lebih utuh. Tujuannya adalah untuk memahami potensi manfaat dan risiko dari perubahan besar ini dalam sistem administrasi pendidikan Indonesia.

Perbedaan NISN dan NIK

Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) merupakan dua identitas numerik penting bagi warga negara Indonesia, khususnya dalam konteks pendidikan dan kependudukan. Meskipun keduanya berupa angka dan berfungsi sebagai pengenal, terdapat perbedaan mendasar dalam tujuan, penerbit, cakupan data, dan masa berlakunya. Pemahaman perbedaan ini krusial untuk menghindari potensi konflik dan memastikan pengelolaan data yang efisien dan akurat.

Perbedaan Dasar NISN dan NIK

NISN adalah identitas unik yang diberikan kepada setiap siswa di Indonesia yang terdaftar di satuan pendidikan formal. NIK, di sisi lain, merupakan identitas unik yang diberikan kepada setiap warga negara Indonesia dan penduduk tetap di Indonesia. Perbedaan utama terletak pada cakupan dan tujuan penggunaannya. NISN difokuskan pada sistem pendidikan, sedangkan NIK digunakan untuk berbagai keperluan administrasi kependudukan, mulai dari layanan kesehatan hingga perpajakan.

Tabel Perbandingan NISN dan NIK

Karakteristik NISN NIK
Tujuan Penggunaan Identifikasi siswa dalam sistem pendidikan Identifikasi warga negara dan penduduk tetap Indonesia untuk berbagai keperluan administrasi
Lembaga Penerbit Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri)
Cakupan Data Data siswa yang terdaftar di satuan pendidikan formal Data kependudukan yang komprehensif, meliputi identitas diri, keluarga, dan alamat
Masa Berlaku Sepanjang siswa terdaftar di satuan pendidikan formal Seumur hidup

Potensi Konflik dan Duplikasi Data

Penggunaan NISN sebagai pengganti NIK berpotensi menimbulkan konflik dan duplikasi data. Karena cakupan data NISN terbatas pada informasi pendidikan, data kependudukan yang komprehensif tidak akan tercakup. Hal ini dapat menyebabkan inefisiensi dalam pengelolaan data dan kesulitan dalam mengakses layanan publik yang membutuhkan data kependudukan yang lengkap.

Konsekuensi Penggunaan NISN sebagai Pengganti NIK

Menggunakan NISN sebagai pengganti NIK dalam konteks administrasi kependudukan akan menimbulkan berbagai konsekuensi, antara lain ketidakakuratan data, kesulitan dalam integrasi data antar instansi, dan hambatan dalam akses layanan publik. Sistem administrasi kependudukan yang terintegrasi membutuhkan data yang komprehensif dan akurat, yang tidak dapat dipenuhi oleh NISN.

Perbandingan Sistem Manajemen Data NISN dan NIK

Sistem manajemen data NISN dan NIK memiliki perbedaan signifikan. Sistem NISN lebih terfokus pada data pendidikan siswa, sementara sistem NIK mencakup data kependudukan yang jauh lebih luas dan terintegrasi dengan berbagai sistem administrasi negara. Sistem NIK juga memiliki mekanisme verifikasi dan validasi data yang lebih kompleks untuk memastikan akurasi dan keamanan data.

Implikasi Penggantian NISN dengan NIK: Nomor Induk Siswa Nasional Nisn Menjadi Nomor Induk Kependudukan Nik

Nomor induk siswa nasional nisn menjadi nomor induk kependudukan nik

Penggantian Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) merupakan langkah signifikan dalam menyederhanakan sistem administrasi pendidikan di Indonesia. Integrasi ini menjanjikan efisiensi dan akurasi data, namun juga menghadirkan tantangan teknis dan operasional yang perlu diantisipasi. Berikut uraian lebih lanjut mengenai implikasi dari penggantian tersebut.

Penggunaan NIK sebagai pengganti NISN berpotensi membawa perubahan besar pada sistem pendidikan nasional, baik dari sisi teknis maupun operasional. Integrasi data kependudukan dengan data pendidikan akan menciptakan sistem yang lebih terintegrasi dan akurat, mengurangi duplikasi data, dan mempermudah akses informasi.

Implikasi Teknis Penggantian NISN dengan NIK

Migrasi data dari NISN ke NIK membutuhkan sistem yang terintegrasi dan handal. Proses ini melibatkan pembaruan sistem informasi di berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Perlu dilakukan penyesuaian sistem database, aplikasi, dan perangkat lunak yang terkait dengan data siswa. Hal ini membutuhkan investasi dalam teknologi informasi dan pelatihan bagi para petugas yang mengelola data.

Selain itu, perlu dipastikan kompatibilitas sistem dengan infrastruktur teknologi informasi yang sudah ada. Keberhasilan migrasi sangat bergantung pada perencanaan yang matang dan kolaborasi yang baik antar lembaga terkait.

Tantangan dan Hambatan Migrasi Data NISN ke NIK

Proses migrasi data NISN ke NIK bukan tanpa tantangan. Salah satu hambatan utama adalah kemungkinan adanya data NISN yang tidak akurat atau tidak lengkap. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan pemadanan data dengan data NIK. Selain itu, perbedaan format data antara NISN dan NIK juga dapat menjadi kendala teknis. Keterbatasan infrastruktur teknologi informasi di beberapa daerah juga dapat menghambat proses migrasi.

Terakhir, dibutuhkan sosialisasi yang efektif kepada seluruh pihak terkait, termasuk sekolah, guru, dan orang tua siswa, untuk memastikan kelancaran proses migrasi.

Langkah-langkah Migrasi Data NISN ke NIK yang Efisien dan Akurat

Migrasi data NISN ke NIK membutuhkan perencanaan yang cermat dan pelaksanaan yang terstruktur. Langkah-langkah yang diperlukan meliputi: pertama, melakukan validasi dan pembersihan data NISN yang ada; kedua, melakukan pemadanan data NISN dengan data NIK melalui sistem yang terintegrasi; ketiga, melakukan verifikasi data yang telah dipadankan; keempat, melakukan pembaruan data di sistem informasi pendidikan; dan kelima, melakukan monitoring dan evaluasi proses migrasi secara berkala.

Penting untuk memastikan akurasi data dan keamanan data selama proses migrasi berlangsung.

Baca Juga:  Nomor Induk Kependudukan Keterangan dan Fungsinya

Skenario Penggunaan NIK sebagai Pengganti NISN

Sebagai contoh, dalam proses pendaftaran sekolah, calon siswa cukup memasukkan NIK mereka ke dalam sistem pendaftaran online. Sistem akan otomatis menarik data kependudukan siswa tersebut, termasuk nama, alamat, dan tanggal lahir, sehingga mempercepat proses pendaftaran dan mengurangi beban administrasi sekolah. Begitu pula dalam penerimaan bantuan pendidikan, NIK dapat digunakan sebagai identitas tunggal untuk memverifikasi identitas penerima bantuan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan bantuan.

Dengan demikian, proses penyaluran bantuan menjadi lebih transparan dan akuntabel.

Potensi Peningkatan Efisiensi Administrasi

Penggunaan NIK sebagai pengganti NISN berpotensi meningkatkan efisiensi administrasi pendidikan secara signifikan. Dengan terintegrasinya data kependudukan dan data pendidikan, proses pengolahan data akan menjadi lebih cepat dan akurat. Duplikasi data dapat dihindari, sehingga mengurangi beban kerja dan biaya administrasi. Selain itu, akses informasi terkait data siswa menjadi lebih mudah dan terintegrasi, sehingga mempermudah pengambilan keputusan dalam pengelolaan pendidikan.

Contohnya, data kependudukan yang terintegrasi dengan data prestasi akademik dapat digunakan untuk menganalisis tren pendidikan dan merumuskan kebijakan yang lebih efektif.

Aspek Hukum dan Regulasi Penggantian NISN dengan NIK

Penggunaan Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dalam sistem pendidikan dan administrasi kependudukan di Indonesia diatur oleh berbagai peraturan perundang-undangan. Peralihan dari NISN ke NIK sebagai identitas tunggal siswa memerlukan pemahaman yang komprehensif terhadap kerangka hukum yang berlaku untuk memastikan proses transisi berjalan lancar dan terhindar dari potensi masalah hukum.

Peraturan perundang-undangan yang relevan meliputi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan berbagai peraturan turunannya. Peraturan-peraturan tersebut mengatur tentang pengumpulan, penyimpanan, penggunaan, dan perlindungan data pribadi warga negara, termasuk data siswa. Penggunaan NIK sebagai pengganti NISN perlu memperhatikan aspek privasi dan keamanan data agar tidak terjadi penyalahgunaan.

Kerangka Hukum Penggunaan NISN dan NIK

Penggunaan NISN sebelumnya diatur dalam peraturan internal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara itu, penggunaan NIK diatur secara komprehensif dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan peraturan pelaksanaannya. Penggantian NISN dengan NIK memerlukan harmonisasi regulasi agar tidak terjadi tumpang tindih atau konflik aturan.

Peraturan Perundang-undangan Terkait Data Kependudukan

Beberapa peraturan perundang-undangan yang relevan terkait penggunaan data kependudukan, khususnya dalam konteks pendidikan, meliputi:

  • Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan: Mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara terkait data kependudukan, termasuk perlindungan data pribadi.
  • Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: Memberikan landasan hukum terkait pengelolaan data guru dan dosen, yang juga mencakup data kependudukan.
  • Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri terkait: Menjabarkan lebih detail tentang teknis pelaksanaan UU Administrasi Kependudukan dan UU Guru dan Dosen, termasuk aspek penggunaan data kependudukan dalam sistem pendidikan.

Solusi Hukum Potensi Masalah Legal

Potensi masalah hukum yang muncul dari penggantian NISN dengan NIK dapat berupa pelanggaran privasi, penyalahgunaan data, dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan data. Solusi hukum yang dapat diterapkan antara lain:

  • Penyusunan regulasi yang komprehensif dan jelas yang mengatur penggunaan NIK dalam konteks pendidikan, termasuk mekanisme pengawasan dan pertanggungjawaban.
  • Penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data kependudukan.
  • Peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan data siswa, termasuk mekanisme akses dan kontrol data yang ketat.
  • Sosialisasi dan edukasi kepada seluruh pihak terkait tentang pentingnya perlindungan data pribadi dan tata cara penggunaan NIK yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Poin-Poin Penting Regulasi Data Pribadi Siswa dan Warga Negara

  • Perlindungan data pribadi merupakan hak konstitusional warga negara.
  • Penggunaan data pribadi harus sesuai dengan tujuan pengumpulan data dan tidak boleh digunakan untuk tujuan lain.
  • Data pribadi harus disimpan secara aman dan terlindungi dari akses yang tidak sah.
  • Setiap pihak yang mengelola data pribadi bertanggung jawab atas keamanan dan kerahasiaannya.
  • Terdapat mekanisme pengawasan dan pertanggungjawaban atas pengelolaan data pribadi.

Implikasi Hukum Pengumpulan, Penyimpanan, dan Penggunaan Data NISN dan NIK

Pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data NISN dan NIK harus selalu mematuhi prinsip-prinsip perlindungan data pribadi. Pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ini dapat berakibat pada sanksi hukum, baik administratif maupun pidana, tergantung pada jenis dan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Hal ini mencakup sanksi bagi individu maupun lembaga yang terlibat dalam pelanggaran tersebut.

Aspek Keamanan Data

Nomor induk siswa nasional nisn menjadi nomor induk kependudukan nik

Penggantian NISN dengan NIK sebagai nomor induk tunggal untuk siswa menyimpan potensi risiko keamanan data yang signifikan. Perlindungan data pribadi siswa dan warga negara menjadi prioritas utama dalam transisi ini. Oleh karena itu, penerapan langkah-langkah keamanan yang komprehensif dan penggunaan metode enkripsi yang tepat sangat krusial.

Peralihan sistem ini membutuhkan perhatian serius terhadap potensi kerentanan dan implementasi strategi mitigasi risiko yang efektif. Berikut ini beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan.

Potensi Risiko Keamanan Data, Nomor induk siswa nasional nisn menjadi nomor induk kependudukan nik

Penggunaan NIK sebagai pengganti NISN meningkatkan potensi risiko kebocoran data pribadi siswa. Data yang terhubung dengan NIK, seperti data biometrik, alamat, dan informasi keluarga, jauh lebih sensitif dibandingkan NISN. Risiko ini diperparah oleh potensi serangan siber yang dapat menargetkan basis data yang menyimpan informasi tersebut. Perlu diingat, akses ilegal ke data ini dapat berdampak buruk, mulai dari pencurian identitas hingga penipuan.

Langkah-langkah Keamanan Data

Implementasi langkah-langkah keamanan yang kuat sangat penting untuk melindungi data pribadi siswa. Hal ini membutuhkan pendekatan multi-lapis yang melibatkan teknologi dan prosedur.

  • Penerapan sistem otentikasi multi-faktor (MFA) untuk akses ke basis data siswa. MFA menambah lapisan keamanan dengan meminta lebih dari satu metode verifikasi identitas sebelum memberikan akses.

  • Penggunaan enkripsi end-to-end untuk melindungi data yang sedang transit dan disimpan. Enkripsi end-to-end memastikan bahwa hanya pihak yang berwenang yang dapat mengakses data, bahkan jika terjadi peretasan.

  • Penetapan kebijakan akses data yang ketat, membatasi akses hanya kepada personel yang berwenang dan sesuai dengan kebutuhan tugasnya. Prinsip “need-to-know” harus diimplementasikan secara konsisten.

  • Pelaksanaan audit keamanan secara berkala untuk mendeteksi kerentanan sistem dan memastikan langkah-langkah keamanan yang ada tetap efektif. Audit ini harus melibatkan pihak independen yang kompeten.

  • Penyediaan pelatihan keamanan siber bagi seluruh personel yang terlibat dalam pengelolaan data siswa. Pelatihan ini harus mencakup kesadaran akan ancaman siber, praktik keamanan terbaik, dan prosedur pelaporan insiden keamanan.

Metode Enkripsi dan Proteksi Data

Enkripsi data merupakan elemen kunci dalam menjaga kerahasiaan NISN dan NIK. Metode enkripsi yang kuat, seperti AES-256, harus digunakan untuk melindungi data baik saat disimpan maupun saat ditransmisikan. Selain enkripsi, teknik lain seperti hashing dapat digunakan untuk melindungi integritas data dan mencegah modifikasi yang tidak sah. Integrasi sistem deteksi intrusi dan firewall yang canggih juga diperlukan untuk mencegah akses ilegal.

Baca Juga:  Nomor Induk Kependudukan Nyiayu Rosania

Best Practice Pengelolaan Data Kependudukan

Best practice dalam pengelolaan data kependudukan mencakup penerapan prinsip-prinsip keamanan data yang komprehensif, meliputi perlindungan fisik, pengelolaan akses, dan penghapusan data yang aman. Penting untuk mengikuti regulasi dan standar keamanan data yang berlaku, seperti yang ditetapkan oleh pemerintah dan lembaga terkait. Regulasi ini harus dipatuhi secara ketat dan diaudit secara berkala.

Peran Pemerintah dan Lembaga Terkait

Pemerintah dan lembaga terkait memiliki peran penting dalam menjaga keamanan data NISN dan NIK. Hal ini mencakup penyusunan regulasi yang ketat, pengawasan implementasi kebijakan keamanan, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran data. Lembaga terkait juga perlu menyediakan sumber daya dan pelatihan yang memadai untuk mendukung implementasi sistem keamanan data yang efektif. Kerjasama antar lembaga juga sangat penting untuk berbagi informasi dan best practice dalam pengelolaan data.

Studi Kasus dan Contoh Implementasi

Nisn siswa nomor kartu cetak paud data induk memasukkan

Integrasi data kependudukan, khususnya penggunaan Nomor Induk Kependudukan (NIK) sebagai pengganti Nomor Induk Siswa Nasional (NISN), memerlukan kajian mendalam terhadap implementasi di berbagai konteks. Studi kasus dan contoh implementasi dari negara lain serta skenario di Indonesia akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi manfaat dan tantangan yang mungkin dihadapi.

Contoh Implementasi Sistem Integrasi Data Kependudukan di Negara Lain

Beberapa negara maju telah berhasil mengintegrasikan data kependudukan untuk berbagai layanan publik, termasuk pendidikan. Misalnya, di Estonia, sistem e-Governance yang terintegrasi memungkinkan akses data warga negara secara real-time untuk berbagai keperluan, termasuk pendaftaran sekolah. Sistem ini menjamin akurasi data dan efisiensi administrasi. Di Korea Selatan, sistem registrasi penduduk yang terpusat dan terintegrasi dengan berbagai layanan publik, termasuk sistem pendidikan, telah mengurangi birokrasi dan meningkatkan efisiensi.

Meskipun detail implementasi berbeda di setiap negara, inti utamanya adalah penggunaan data kependudukan yang terstandarisasi dan terintegrasi untuk berbagai layanan.

Studi Kasus Penggunaan NIK dalam Layanan Publik di Indonesia

Di Indonesia, NIK telah digunakan secara luas dalam berbagai layanan publik, seperti akses kesehatan melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan layanan perbankan. Penggunaan NIK dalam program bantuan sosial juga telah mengurangi potensi penyalahgunaan dana dan meningkatkan transparansi. Integrasi NIK dengan sistem pendidikan dapat mengikuti pola yang sama, memastikan akses yang adil dan efisien terhadap layanan pendidikan serta mengurangi duplikasi data dan administrasi yang berbelit.

Ilustrasi Proses Verifikasi Data Siswa dengan NIK

Dengan penggantian NISN dengan NIK, proses verifikasi data siswa akan menjadi lebih efisien dan akurat. Bayangkan skenario berikut: seorang siswa mendaftar di sekolah baru. Sekolah mengakses sistem data kependudukan secara online menggunakan NIK siswa. Sistem akan langsung memverifikasi identitas siswa, termasuk data demografis dan riwayat pendidikan. Informasi ini akan secara otomatis terintegrasi dengan sistem administrasi sekolah, mengurangi kebutuhan untuk mengisi formulir manual dan memverifikasi data dari berbagai sumber.

Proses ini tidak hanya mempercepat pendaftaran tetapi juga meminimalisir kesalahan data dan potensi manipulasi.

Skenario Potensial Selama Transisi dari NISN ke NIK

Transisi dari NISN ke NIK dapat menimbulkan beberapa tantangan. Pertama, perlu adanya sosialisasi yang masif kepada seluruh stakeholder, termasuk sekolah, siswa, dan orang tua, untuk memastikan pemahaman yang baik tentang proses dan manfaatnya. Kedua, dibutuhkan infrastruktur teknologi yang memadai untuk memastikan akses yang lancar dan aman terhadap sistem data kependudukan. Ketiga, perlu adanya mekanisme untuk menangani data siswa yang mungkin belum terintegrasi dengan sistem kependudukan.

Sebagai contoh, siswa yang belum memiliki NIK perlu dibantu untuk mendapatkannya sebelum transisi sepenuhnya dilaksanakan. Keempat, perlu disiapkan mekanisme penanganan kesalahan data dan kemungkinan adanya data ganda atau tidak akurat dalam sistem.

Rekomendasi untuk Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Sistem Administrasi Pendidikan

Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem administrasi pendidikan dengan menggunakan NIK, beberapa rekomendasi berikut perlu dipertimbangkan: pertama, investasi dalam infrastruktur teknologi yang handal dan aman. Kedua, pelatihan yang komprehensif bagi tenaga kependidikan dalam penggunaan sistem baru. Ketiga, pengembangan sistem yang user-friendly dan mudah diakses oleh semua pihak. Keempat, mekanisme pengawasan dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memastikan akurasi dan integritas data.

Kelima, kerjasama yang erat antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Dalam Negeri untuk memastikan integrasi data yang lancar dan efektif.

Kesimpulan

Peralihan dari NISN ke NIK sebagai identitas tunggal dalam sistem pendidikan menyimpan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi data. Namun, proses ini membutuhkan perencanaan yang matang, memperhatikan aspek hukum, keamanan data, dan melibatkan seluruh stakeholder terkait. Suksesnya transisi ini bergantung pada kolaborasi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk memastikan keamanan data dan kelancaran proses administrasi pendidikan di masa depan.

Facebook Comments Box

Read More

Resmi Diluncurkan, Samsung Galaxy A06 5G Dibandrol Rp 2,3 Juta

12 March 2025 - 14:58 WIB

HUT ke-32 Kota Tangerang: NasDem Optimalkan SDM, Infrastruktur, dan Ahlakul Karimah

27 February 2025 - 17:54 WIB

Ketua Fraksi Partai Nasdem Mochamad Pandu (foto : Jie)

Sachrudin-Maryono Diarak Menuju Puspem Kota Tangerang Pasca Pelantikan

20 February 2025 - 17:18 WIB

Vandalisme Coretan “Adili Jokowi” Muncul di Kota Tangerang

18 February 2025 - 21:41 WIB

Viral Anggaran Rp39 Juta untuk Seragam Upacara Hut Kota Tangerang, Ketua DPRD : Itu Hoax!

13 February 2025 - 23:08 WIB

Ketua DPRD Tangerang Rusdi Alam
Trending on Kota Tangerang