TANGERANGPEDIA.COM – Bitcoin kembali mencatatkan rekor tertingginya di angka US$76.943, didorong oleh kebijakan Federal Reserve yang memangkas suku bunga acuan. Para pelaku pasar, terutama di sektor cryptocurrency, bereaksi positif atas keputusan tersebut. Kali ini, Federal Reserve menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin, menjadi 4,5-4,75%. Kebijakan ini memungkinkan akan menggerakkan lebih banyak likuiditas ke aset-aset berisiko seperti kripto, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini. (8/11/24)
Pengaruh Penurunan Suku Bunga terhadap Bitcoin
Secara umum, penurunan suku bunga memberikan stimulus bagi pasar keuangan dengan meningkatkan jumlah uang beredar. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, investor cenderung mencari aset yang menawarkan potensi keuntungan tinggi, termasuk Bitcoin. Menurut analis dari Nomura Holdings, likuiditas tambahan ini memberikan ruang bagi kenaikan harga Bitcoin, mengingat kripto semakin dipandang sebagai alternatif aset yang tangguh di luar kontrol tradisional perbankan.
Kaitan Pemilu AS dengan Lonjakan Harga Bitcoin
Pemilihan umum AS pekan ini juga memiliki dampak signifikan terhadap lonjakan harga Bitcoin. Kemenangan kembali Donald Trump berperan positif bagi industri kripto karena beberapa faktor. Pertama, sejumlah besar anggota Kongres AS, yang terpilih kali ini, bersikap pro-crypto dan dukungan dari para pendonor yang memperjuangkan regulasi yang lebih ramah untuk mata uang digital. Trump sendiri sebelumnya telah menyatakan ketertarikannya untuk memperkuat inovasi keuangan di Amerika, yang semakin mendorong optimisme di kalangan pelaku kripto.
Banyak analis melihat bahwa lonjakan ini hanya awal dari tren yang mungkin berlangsung jangka panjang. Para ahli memperkirakan bahwa Bitcoin akan terus menarik minat investor, terutama bila kebijakan suku bunga rendah ini berlanjut. Meski demikian, volatilitas tetap menjadi perhatian, dan investor diingatkan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi. Di sisi lain, adopsi Bitcoin sebagai aset alternatif terus meningkat, terutama di negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada dolar AS. (Ren/Red)