Berikut ini yang bukan merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah pertanyaan yang menantang, mengingat banyaknya prasasti yang ditemukan di Nusantara. Memahami sejarah Kerajaan Sriwijaya, yang pernah menguasai jalur perdagangan maritim penting di Asia Tenggara, sangat bergantung pada interpretasi prasasti-prasasti tersebut. Namun, tidak semua prasasti yang ditemukan secara otomatis dapat dikaitkan dengan kerajaan maritim yang perkasa ini. Penelitian mendalam dan analisis kritis diperlukan untuk membedakan prasasti autentik Sriwijaya dari yang bukan.
Artikel ini akan membahas beberapa prasasti yang sering keliru dikaitkan dengan Kerajaan Sriwijaya. Dengan menganalisis karakteristik epigrafi, bahasa, dan konteks historis, kita akan mengidentifikasi perbedaan-perbedaan kunci yang membantu dalam menentukan keaslian suatu prasasti sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Proses ini melibatkan perbandingan dengan prasasti-prasasti otentik Sriwijaya dan juga dengan prasasti dari kerajaan-kerajaan lain di Nusantara pada periode yang sama.
Pengantar Prasasti Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya, kerajaan maritim yang pernah berjaya di Nusantara, meninggalkan jejak sejarahnya melalui berbagai prasasti. Periode berdirinya diperkirakan antara abad ke-7 hingga abad ke-13 Masehi, meskipun batas-batas waktu pastinya masih menjadi perdebatan para ahli sejarah. Prasasti-prasasti ini menjadi sumber penting untuk memahami seluk-beluk kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya kerajaan yang luas dan berpengaruh ini. Penelitian terhadap prasasti membantu kita merekonstruksi sejarah Sriwijaya yang sebagian besar hanya diketahui melalui catatan sejarah dari sumber asing.
Berbagai jenis prasasti ditemukan sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya, umumnya berupa prasasti batu yang terbuat dari bahan-bahan seperti batu andesit atau batu pasir. Prasasti-prasasti ini ditulis menggunakan berbagai bahasa dan aksara, mencerminkan pengaruh budaya dan perdagangan yang luas di wilayah kekuasaan Sriwijaya.
Prasasti-Prasasti Terkenal Kerajaan Sriwijaya
Beberapa prasasti terkenal yang diakui sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya memberikan informasi berharga tentang sejarah kerajaan ini. Berikut ini tiga contohnya:
- Prasasti Kedukan Bukit: Ditemukan di dekat Palembang, Sumatera Selatan. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno beraksara Pallawa dan berisi catatan tentang pembangunan sebuah bangunan suci (mungkin sebuah candi) pada tahun 683 Masehi. Prasasti ini dianggap sebagai bukti awal keberadaan kerajaan Sriwijaya.
- Prasasti Telaga Batu: Ditemukan di daerah Jambi. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa, dan memuat informasi mengenai pemberian gelar kepada seorang pejabat kerajaan. Isi prasasti ini memberikan gambaran mengenai struktur pemerintahan dan hierarki sosial di dalam kerajaan.
- Prasasti Karang Brahi: Ditemukan di daerah Muaro Jambi. Prasasti ini juga menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa, dan berisi informasi mengenai kegiatan keagamaan dan pembangunan di wilayah Jambi. Prasasti ini memperlihatkan pengaruh agama Buddha dalam kehidupan kerajaan.
Perbandingan Tiga Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Tabel berikut membandingkan tiga prasasti yang telah disebutkan di atas:
Prasasti | Bahasa | Bahan | Isi Utama |
---|---|---|---|
Kedukan Bukit | Melayu Kuno | Batu | Pembangunan bangunan suci (683 M) |
Telaga Batu | Melayu Kuno | Batu | Pemberian gelar kepada pejabat kerajaan |
Karang Brahi | Melayu Kuno | Batu | Kegiatan keagamaan dan pembangunan di Jambi |
Ciri Khas Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Beberapa ciri khas yang dapat diidentifikasi dari prasasti-prasasti Kerajaan Sriwijaya antara lain:
- Penggunaan bahasa Melayu Kuno.
- Penggunaan aksara Pallawa, meskipun beberapa prasasti juga menggunakan aksara lainnya.
- Menyinggung kegiatan keagamaan, baik Hindu maupun Buddha.
- Menunjukkan aktivitas pembangunan infrastruktur dan pemerintahan.
- Menunjukkan bukti interaksi dan pengaruh budaya dari berbagai wilayah.
Identifikasi Prasasti Bukan Peninggalan Sriwijaya
Studi epigrafi Kerajaan Sriwijaya seringkali dihadapkan pada tantangan identifikasi prasasti yang otentik. Banyak prasasti yang secara keliru dikaitkan dengan kerajaan maritim yang berpengaruh ini. Ketidaktepatan dalam penafsiran, kurangnya analisis menyeluruh, dan bahkan kesengajaan dalam menghubungkan prasasti dengan Sriwijaya tanpa bukti kuat, mengakibatkan miskonsepsi yang perlu diluruskan. Berikut ini akan dibahas beberapa prasasti yang seringkali salah diatributkan sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya, beserta alasan dan bukti-bukti yang mendukungnya.
Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu, meskipun ditemukan di wilayah yang pernah terpengaruh Sriwijaya, memiliki karakteristik yang berbeda signifikan dengan prasasti-prasasti Sriwijaya otentik. Bahasa dan aksara yang digunakan menunjukkan ciri khas yang lebih dekat dengan kebudayaan lain di Nusantara. Analisis paleografi menunjukkan gaya penulisan yang tidak sejalan dengan perkembangan aksara yang umum ditemukan pada prasasti Sriwijaya. Kurangnya referensi yang jelas terhadap unsur-unsur kerajaan Sriwijaya, seperti nama raja atau aktivitas pemerintahan yang khas, juga menjadi indikator kuat bahwa prasasti ini tidak berasal dari Sriwijaya.
Prasasti Karang Brahi
Prasasti Karang Brahi seringkali menjadi subjek perdebatan dalam konteks atribusi ke Kerajaan Sriwijaya. Meskipun ditemukan di wilayah yang secara geografis berdekatan dengan pusat-pusat kekuasaan Sriwijaya, analisis terhadap isi prasasti menunjukkan keterkaitan yang lebih kuat dengan kerajaan atau entitas politik lain yang sezaman. Penggunaan bahasa dan gaya penulisan yang berbeda, serta kurangnya unsur-unsur khas Sriwijaya, membuat atribusi langsung ke Kerajaan Sriwijaya menjadi kurang meyakinkan.
Lebih lanjut, penelitian arkeologis di sekitar lokasi penemuan prasasti juga belum memberikan bukti pendukung yang kuat untuk menghubungkannya dengan Sriwijaya.
Prasasti Padang Roco
Prasasti Padang Roco merupakan contoh lain yang memerlukan kajian lebih kritis. Meskipun terdapat beberapa elemen yang sekilas tampak mirip dengan prasasti Sriwijaya, analisis yang lebih rinci menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam aspek paleografi dan isi prasasti. Penggunaan diksi dan tata bahasa yang berbeda, serta kurangnya konteks historis yang kuat untuk menghubungkannya dengan aktivitas pemerintahan Sriwijaya, menunjukkan bahwa prasasti ini kemungkinan berasal dari periode atau kerajaan yang berbeda.
Studi lebih lanjut diperlukan untuk memastikan asal-usul prasasti ini secara definitif.
Pendapat Ahli Sejarah Mengenai Salah Satu Prasasti
“Meskipun ditemukan di wilayah yang secara geografis dekat dengan jalur perdagangan Sriwijaya, analisis terhadap bahasa dan gaya penulisan pada Prasasti Telaga Batu menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan prasasti-prasasti Sriwijaya yang otentik. Kurangnya referensi jelas terhadap unsur-unsur kerajaan Sriwijaya, seperti nama raja atau kegiatan pemerintahannya, semakin memperkuat argumentasi bahwa prasasti ini tidak berkaitan langsung dengan kerajaan tersebut.”Prof. Dr. X (nama ahli sejarah hipotetis)
Perbedaan Karakteristik Prasasti Sriwijaya Otentik dan Prasasti Bukan Peninggalan Sriwijaya
Prasasti Sriwijaya otentik umumnya menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan aksara Pallawa yang telah mengalami adaptasi lokal. Isinya seringkali berkaitan dengan kegiatan keagamaan, pemberian gelar, atau pembangunan infrastruktur keagamaan. Sebaliknya, prasasti yang bukan peninggalan Sriwijaya menunjukkan variasi yang lebih besar dalam hal bahasa, aksara, dan isi. Beberapa mungkin menggunakan bahasa Sanskerta atau bahasa daerah lainnya, dengan aksara yang berbeda dari Pallawa.
Isi prasasti juga bervariasi, tidak selalu berkaitan dengan aktivitas pemerintahan atau keagamaan yang khas Sriwijaya.
Ilustrasi Perbedaan Ciri Khas Tulisan dan Bahasa
Bayangkan dua buah prasasti. Prasasti pertama, dengan aksara Pallawa yang khas, menggunakan bahasa Melayu Kuno yang sederhana namun lugas, menceritakan tentang pembangunan sebuah candi Buddha oleh seorang pejabat kerajaan Sriwijaya. Sedangkan prasasti kedua, menggunakan aksara berbeda, mungkin aksara Kawi atau bahkan aksara lokal lainnya, dengan bahasa yang menunjukkan pengaruh budaya yang berbeda, dan isinya mungkin menceritakan tentang perjanjian atau aktivitas sosial-kemasyarakatan yang tidak berhubungan langsung dengan kerajaan Sriwijaya.
Perbedaan Prasasti Sriwijaya dan Prasasti Lain di Nusantara

Prasasti merupakan sumber sejarah yang sangat berharga untuk memahami peradaban masa lampau. Di Nusantara, berbagai kerajaan meninggalkan jejak berupa prasasti, masing-masing dengan ciri khas yang mencerminkan identitas dan kekuasaannya. Membandingkan prasasti dari kerajaan yang berbeda, seperti Sriwijaya dan kerajaan lain di Nusantara, membantu kita untuk memahami lebih dalam dinamika sejarah dan perkembangan budaya di wilayah ini.
Analisis perbedaan ini memberikan pemahaman yang lebih akurat tentang keunikan dan pengaruh masing-masing kerajaan.
Perbandingan Prasasti Sriwijaya dengan Prasasti Kerajaan Lain
Perbedaan signifikan antara prasasti Sriwijaya dengan prasasti kerajaan lain di Nusantara, misalnya Kerajaan Mataram Kuno, terletak pada beberapa aspek kunci. Perbedaan-perbedaan ini bukan hanya sekedar variasi kecil, melainkan mencerminkan perbedaan budaya, bahasa, dan praktik politik yang signifikan.
Tiga Perbedaan Signifikan Prasasti Sriwijaya
- Bahasa dan Aksara: Prasasti Sriwijaya umumnya menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa, sedangkan prasasti dari kerajaan lain, seperti Mataram Kuno, seringkali menggunakan bahasa Sanskerta dan aksara Jawa Kuno. Perbedaan ini menunjukkan pengaruh budaya dan kontak internasional yang berbeda. Sriwijaya, sebagai kerajaan maritim yang kuat, memiliki kontak yang lebih luas dengan India Selatan, yang tercermin dalam penggunaan bahasa dan aksara Pallawa.
- Isi dan Subjek: Prasasti Sriwijaya seringkali berkaitan dengan kegiatan keagamaan, hibah tanah untuk pembangunan vihara, dan kegiatan pelayaran. Sementara itu, prasasti Mataram Kuno lebih beragam, mencakup aspek keagamaan, politik, dan pembangunan infrastruktur. Perbedaan ini mencerminkan prioritas dan fokus pemerintahan masing-masing kerajaan.
- Gaya Penulisan dan Tata Letak: Gaya penulisan prasasti Sriwijaya cenderung lebih ringkas dan lugas, sedangkan prasasti Mataram Kuno terkadang lebih panjang dan detail, seringkali memuat mantra dan doa. Perbedaan ini mungkin berkaitan dengan fungsi dan tujuan pembuatan prasasti tersebut.
Tabel Perbandingan Prasasti
Prasasti | Kerajaan | Bahasa | Lokasi Penemuan |
---|---|---|---|
Prasasti Kedukan Bukit | Sriwijaya | Melayu Kuno | Jambi |
Prasasti Telaga Batu | Sriwijaya | Melayu Kuno | Palembang |
Prasasti Canggal | Mataram Kuno | Sanskerta | Jawa Tengah |
Identifikasi Keaslian Prasasti Sriwijaya
Perbedaan-perbedaan yang telah dijabarkan di atas, khususnya penggunaan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa, merupakan indikator penting dalam mengidentifikasi keaslian suatu prasasti sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Kombinasi dari unsur-unsur tersebut, bersama dengan konteks penemuannya, memberikan bukti kuat untuk menentukan asal-usul prasasti.
Perbedaan Teknik Pembuatan Prasasti
Teknik pembuatan prasasti Sriwijaya, umumnya menggunakan teknik pahat pada batu, seringkali menampilkan detail yang lebih sederhana dibandingkan dengan prasasti dari kerajaan lain seperti Mataram Kuno yang terkadang menampilkan ukiran yang lebih rumit dan detail. Perbedaan ini mungkin mencerminkan ketersediaan sumber daya dan tingkat keahlian para pengrajin pada masa itu.
Prasasti di Luar Kerajaan Sriwijaya
Meskipun Kerajaan Sriwijaya meninggalkan jejak sejarah yang signifikan di Nusantara, tidak semua prasasti yang ditemukan di wilayah geografis yang pernah dipengaruhinya secara langsung merupakan peninggalan kerajaan tersebut. Banyak prasasti yang berasal dari kerajaan atau entitas politik lain yang hidup sezaman atau bahkan sebelum dan sesudah Sriwijaya. Artikel ini akan membahas beberapa contoh prasasti yang, meskipun ditemukan di area yang berkaitan dengan pengaruh Sriwijaya, bukan merupakan produk dari kerajaan maritim tersebut.
Prasasti Cidanghiang
Prasasti Cidanghiang, ditemukan di Jawa Barat, merupakan salah satu contohnya. Meskipun wilayah Jawa Barat memiliki hubungan dengan Sriwijaya, prasasti ini ditulis dalam bahasa dan huruf Sunda Kuno, menunjukkan bahwa ia berasal dari kerajaan atau kekuasaan lokal di Jawa Barat, bukan dari Sriwijaya. Isinya mengisahkan tentang pembangunan suatu bangunan suci dan menyebutkan nama-nama tokoh penting dalam pemerintahan lokal.
Gaya penulisan dan bahasa yang digunakan berbeda signifikan dengan prasasti-prasasti yang secara umum diakui sebagai peninggalan Sriwijaya.
Prasasti Kawali, Berikut ini yang bukan merupakan prasasti peninggalan kerajaan sriwijaya adalah
Mirip dengan Prasasti Cidanghiang, Prasasti Kawali yang juga berada di Jawa Barat, memberikan gambaran tentang pemerintahan lokal di daerah tersebut. Meskipun Sriwijaya memiliki pengaruh di Jawa Barat, Prasasti Kawali secara jelas menunjukkan ciri khas kebudayaan dan pemerintahan lokal, terlihat dari bahasa dan isi prasasti yang tidak menunjukkan kaitan langsung dengan budaya Sriwijaya. Prasasti ini mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah lokal, bukan sejarah kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Lainnya di Jawa dan Sumatra
Banyak prasasti lain yang ditemukan di pulau Jawa dan Sumatra yang memiliki karakteristik berbeda dari prasasti-prasasti Sriwijaya yang telah teridentifikasi. Perbedaan ini dapat dilihat dari segi bahasa, aksara, dan isi prasasti. Beberapa prasasti menggunakan bahasa dan aksara yang khas dari kerajaan-kerajaan lain di Jawa, seperti bahasa dan aksara Jawa Kuno, sementara beberapa prasasti di Sumatra mungkin berasal dari kerajaan-kerajaan kecil yang berkembang di daerah tersebut.
Studi epigrafis yang lebih lanjut diperlukan untuk menentukan asal-usul prasasti-prasasti tersebut dengan lebih pasti.
Prasasti | Lokasi | Ciri Khas | Kaitan dengan Sriwijaya |
---|---|---|---|
Cidanghiang | Jawa Barat | Bahasa dan huruf Sunda Kuno | Tidak langsung, menunjukkan pengaruh lokal |
Kawali | Jawa Barat | Bahasa dan huruf Jawa Kuno, fokus pada pemerintahan lokal | Tidak langsung, menunjukkan pengaruh lokal |
(Contoh lain) | (Lokasi) | (Ciri khas) | (Kaitan dengan Sriwijaya) |
Simpulan Akhir: Berikut Ini Yang Bukan Merupakan Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Adalah

Mempelajari prasasti merupakan kunci untuk mengungkap sejarah Kerajaan Sriwijaya. Kehati-hatian dan analisis yang teliti sangat penting dalam menghubungkan suatu prasasti dengan kerajaan tertentu. Dengan membandingkan ciri-ciri epigrafi, bahasa, dan konteks historis, kita dapat memisahkan prasasti otentik Sriwijaya dari yang bukan. Penelitian berkelanjutan dan interpretasi yang kritis akan terus memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan kebesaran Kerajaan Sriwijaya.