TANGERANGPEDIA – Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Arief Wibowo meminta Pemkot Tangerang segera menambah layanan Refuse Derived Fuel (RDF). Hal itu dilakukan guna menyelesaikan masalah persoalan sampah di TPA Rawa Kucing.
Wakil Ketua DPRD Kota Tangerang Arief Wibowo mengatakan, saat ini pengelolaan sampah TPA sudah tidak diperbolehkan lagi menerapkan sistem open dumping. Artinya, harus ada pengelolaan sampah dan bukan cuma ditumpuk. Dimana pengelolaan sampah degan metode RDF dinilai Arief sangat tepat diterapkan untuk mengatasi masalah sampah yang menumpuk di TPA Rawa Kucing.
“Kota Tangerang menurut saya dengan adanya RDF (Refuse Derived Fuel) dan penerapan trussering.
Jadi diatur penempatan sampahnya itu seharusnya sudah lebih maju dibanding yang ada di Jatiwaringin.
Sehingga resiko ditutup itu tidak sebesar yang ada di sana, ” ujarnya kepada wartawan, Rabu 21 Mei 2025.
Arief mengatakan, Pemkot Tangerang tidak boleh puas dengan kondisi sekarang. Karena dengan adanya tiga RDF ini menujukkan jika Kota Tangerang sudah ada pengelolaan sampah.
“Tapi seberapa besar sih dampaknya untuk menyelesaikan 1.500 ton per hari ini?. Mengingat memang secara space rawa kucing kan sudah hampir penuh.
Iya, overcapacitas sudah tingginya 20 meter. Nah makanya buat saya jangan sampai Kota Tangrang nih, seperti yang saya bilang sebelumnya, kita masuk ke dalam fase darurat sampah.
dimana sampah itu tidak bisa lagi diangkut karena memang tidak ada tempat untuk menampung di TPA, ” tambah politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Lebih lanjut, dirinya mendorong pihak eksekutif menambah pengadaan RDF. Terlebih anggaran untuk pengadaan layanan tersebut sudah ada.
“Saya mendorong, pertama kita perlu menyegerakan pengadaan tambahan RDF. Kalau tidak salah itu ada anggarannya ditahun ini walaupun menurut saya juga tidak cukup. Nah yang kedua menurut saya perlu
ada terobosan untuk memperbanyak TPS 3R tempat pembuangan sampah sementara dengan pengolahan di hulu sebelum dibawa ke rawa kucing, ” imbuhnya.
“Jadi ini perlu diperbanyak secepat-cepatnya.
Jangan sampai nanti kemudian kita tadi udah. Waktunya tidak mencukupi untuk bisa melakukan langkah-langkah, tapi sampah sudah tidak tertampung, ” tambahnya.
Lebih lanjut, Arief meminta Pemkot Tangerang belajar dari Pemkot Bandung yang dinilainya berhasil mengelola sampah.
“Nah, kita (Pemkot Tangerang-red) bisa belajar dari Kota Bandung. Dimana TPS 3R itu, di kota Bandung yang sebelumnya sudah sempat disorot sampah kini sudah ada di seluruh kelurahan. Dengan skema itu maka dia bisa mengurangi volume sampah sampai 50 persen. Lumayan, ini gak sedikit, ” imbuhnya.
“Nah tantangannya kalau di kota Tengerang menurut saya permasalahannya adalah di persediaan lahan. Karena sekali lagi TPS 3R itu kalau pengelolaannua kurang baik maka kan menimbulkan gangguan lingkungan seperti bau. Pasti orang gak mau dong karena bau kan.
Masa buang sampahnya mau, baunya gak mau. Ini kan masalah kesadaran bang. Bikin sampah tapi gak mau tanggung jawab. Bahkan sekedar bawa-baunya gak mau. Karena kan kita produksi sampah tiap hari, ” tambahnya.